Mendengarmu layaknya membaca buku
Yang setiap lembarnya tak pernah sepi
Dan penuh dengan catatan kaki
Bersamamu layaknya memperhatikan anak-anak sungai
Riaknya yang kadang menyeringai
Namun juga tenang seolah membuai
Di sela cerita pernah kamu menggambar sebuah sketsa
Ceritanya itu adalah rencana
Dua titik tergambar disana, katanya itu seperti kita
Tanganmu lincah menarik garis dari dua ujung yang berbeda
Ditengahnya, dua titik tadi bertemu muka
Seperti kita, dari kutub yang berbeda
Memiliki asa untuk satu cita
Tak mau kalah, aku coba melempar angan
Kali ini tentang rencana pertemuan
Pada satu masa, jika perjumpaan singgah di hadapan
Aku tawarkan harapan, bukan kenangan
Jika tampaknya masih kuat eksistensi perasaan
Aku beranikan merajut mimpi yang bersarang di pikiran
Kamu tersenyum, menggelengkan kepala
Seolah ada yang menggelitik tawa
Katamu, masih saja aku tidak percaya
Bahwa hidup kita sudah ada sutradaranya
Seperti orang yang membaca buku dan memandangi sungai
Aku hanyalah seorang pemerhati
Tapi katamu, jangan lah terlalu sering menjadi pemerhati
Ada kalanya harus siap jadi pemimpi yang memiliki aksi
Aku bukan takut bermimpi, hanya berusaha tetap menginjak bumi
Katamu, itu wujud ketakutan yang tidak disadari
Jika berani, apapun terlewati
Apalagi cuma jarak yang sementara dan sebentar lagi berhenti
No comments:
Post a Comment