Cerita ini hanyalah curahan semata, dari perspektif saya sebagai orang yang suka bercerita. Saya punya kecenderungan untuk membagi topik cerita sesuai segmen orang yang akan menjadi pendengar. Saya sudah mampu memilah, jika dengan orang ini, saya bisa curhat ini, dengan si B, saya bisa diskusi tentang isu B, tapi kalau dengan si C, mending diceritain ini aja deh. Akibatnya, saya jadi punya banyak teman yang saya jadikan tabungan cerita saya hehehe. Pemilahan ini terjadi begitu saja, sesuai dengan kapasitas lawan bicara saat mendengarkan cerita saya. Ya, saya sangat memperhatikan bagaimana orang tersebut mendengar cerita saya.
Semua orang pasti pernah mendengar pepatah tentang mengapa jumlah telinga manusia lebih banyak dibandingkan mulutnya. Bahwa sebetulnya manusia diharapkan lebih banyak mendengar dibandingkan berbicara. Namun, saya percaya bahwa mendengar lebih sulit dibandingkan berbicara. Sebagai bukti, sudah ada orang-orang yang mengklaim ahli di bidang seni bicara, bahkan sering kita jumpai kelas-kelas seni berbicara di depan publik. Setidaknya, saya belum pernah melihat ada institusi yang mengajarkan manusia untuk menjadi pendengar yang baik. Atau saya tidak tahu, mohon dimaafkan dan dikoreksi hehehe.
Menurut saya, pendengar bukanlah lawan bicara yang pasif. Mendengar adalah kegiatan memaknai dan menanggapi. Saya selalu senang ketika orang mendengar cerita saya dengan mata berbinar atau rasa ingin tahu, seakan cerita saya adalah satu-satunya hal menarik yang perlu diperdulikan saat itu. Sebaliknya, saya akan merasa tidak ingin melanjutkan cerita apabila pendengar saya, tidak menatap saya atau asik dengan gadgetnya. Ada pula pendengar yang terlihat menatap mata dan mendengarkan, namun sebetulnya ia tidak sedang mendengarkan cerita kita. Buat saya, mendengarkan cerita seseorang adalah suatu bentuk penghargaan atau pengakuan eksistensi. Ketika saya didengarkan, saya akan merasa sebodoh apapun cerita saya, ada segelintir orang yang mau meluangkan waktunya untuk menunjukkan kepeduliannya.
Selama hampir setahun bekerja, saya banyak menjumpai orang dengan berbagai karakter. Banyak orang yang membuat saya terkesan dan setelah diperhatikan, ternyata mereka semua memiliki kemampuan mendengarkan orang dengan baik. Saya terus berusaha untuk menjadi salah satu dari mereka. Berusaha bahwa setiap ada orang berbicara, tatap matanya dengan lembut untuk membuat orang tersebut nyaman untuk bercerita. Tanggapi dengan beberapa pertanyaan dan jangan pernah melakukan judgement. Terkadang judgement tidak kita sadari, namun saat ini kita perlu melatih untuk mengelola judgement tersebut. Jangan memotong pembicaraan dan dengarkan hingga ceritanya usai. Jika ceritanya berulang, bisa kita tangapi dengan candaan. Jika terpaksa harus menyela pembicaraan, lakukan dengan sopan. Biasanya dikarenaka kita harus menelpon atau membalas sms yang penting. Dengan melakukan beberapa hal tersebut, saya yakin orang akan merasa lebih dihormati dan dihargaj.
Kadang pernah berpikir, jika saja seluruh pemimpin negeri itu adalah pendengar yang baik dan aktif, mungkin Indonesia bisa lebih teratur di kemudian hari.
Selamat malam.
No comments:
Post a Comment