Wednesday 11 January 2017

Happiness

Assalamualaikum! Ini adalah post pertama di tahun 2017. Yeay! Semoga resolusi seminggu minimal tiga post tidak hanya jadi wacana belaka seperti tahun-tahun sebelumnya  Saya sebetulnya bukan tipe orang yang mengkhususkan tahun baru sebagai “batas” diri saya yang dulu dan sekarang. Jadi, sebetulnya saya tidak terlalu merencanakan goal apa yang ingin saya capai di tahun depan. Namun, karena saya belum banyak kegiatan lagi, saya jadi kepikiran apa sih yang telah saya lakukan di tahun sebelumnya. Apa yang membuat saya senang, apa yang membuat saya sedih. Kembali ke beberapa tahun sebelumnya yaitu tahun 2014. Tahun 2014 mungkin tahun terberat untuk mental saya. Terberat dalam artian ini menurut saya, bagi sebagian orang mungkin akan terdengar biasa saja. So, no judging, pretty please  Tahun 2014 adalah tahun ketika rasa percaya diri jatuh ke tingkat terendah selama yang saya ingat. Tahun 2012-2013, saya banyak melakukan travelling, baik kepentingan dinas maupun kepentingan pribadi (jalan-jalan, kondangan temen di luar kota, dll). Tahun 2012-2013 adalah sosok saya yang baru memasuki dunia kerja, penuh dengan gairah yang menggebu-gebu untuk belajar, bertemu orang baru, ke tempat baru dan memiliki banyak ekspektasi baru. Ekspektasi inilah yang kemudian –menurut saya- menjadi cikal bakal dari ketidakmampuan saya untuk bersyukur dan berakhir pada pilihan-pilihan yang tidak bijak. Awal 2014 dibuka dengan status saya sebagai orang yang tidak memiliki pekerjaan. Keadaan yang begitu sibuk sebelumnya, membuat saya harus menyesuaikan diri dengan keadaan tidak memiliki kegiatan. Pada awal tahun itu pula, saya mengalami banyak penolakan, baik penolakan kerja maupun penolakan beasiswa. Rencana yang tadinya terdengar begitu matang di akhir tahun 2013, mendadak tidak tercapai sedikit pun di awal tahun. Percaya diri saya turun, menjadi orang yang defensif, dan cenderung malu jika ditanya orang. Tahun 2014 menjadi tahun ketika saya menjadi orang yang menutup diri dari lingkungan sosial, tidak percaya diri,mudah emosi dan terburu-buru. Saya banyak menyalahkan keadaan dan orang-orang dekat yang –menurut saya- menjadi penghambat dalam mencapai hal yang saya inginkan. Perlahan, keadaan mulai membaik dengan akhirnya saya mendapat beasiswa. Walaupun, akhirnya memutuskan untuk melanjutkan studi di dalam negeri. Mulai mencari kegiatan dengan mendirikan usaha kecil-kecilan bersama teman. Tahun 2015 saya mulai berupaya bangkit dari perasaan “mengasihani diri sendiri”. Malam sebelum kuliah, saya membaca dulu materi yang akan diajarkan. Alhamdulillah hal ini sangat membantu nilai saya, namun yang utama adalah meningkatkan percaya diri saya. Jadi, alasan saya melakukan yang terbaik saat kuliah bukanlah karena nilai, melainkan untuk meningkatkan percaya diri. Saya percaya diri ketika orang meminta bantuan saya dalam memahami materi kuliah. Saya percaya diri ketika dosen bertanya dan saya mampu memberi jawaban yang memuaskan. Saya percaya diri ketika ada yang bertanya tentang kuliah saya. Tahun-tahun berikutnya saya merasa lebih mudah. Saya memiliki banyak waktu untuk “memperkaya” diri. Saya tidak terus-terusan sibuk memenuhi ekspektasi sosial. Saya mulai banyak bersyukur dan tidak membandingkan keadaan saya dengan orang lain. Saya berdamai dengan keputusan-keputusan saya di masa lalu, Bahwa keputusan yang tidak bijak pun adalah takdir yang harus saya jalani dan akan selalu ada hikmah dari takdir yang diberikan Allah. Saya juga menyadari bahwa situasi atau orang-orang yang menurut saya menghambat keinginan saya bukanlah pihak yang harus disalahkan. Hal-hal yang tidak tercapai di tahun sebelumnya atau keinginan yang akhirnya tidak bisa saya raih, bukanlah kegagalan. Melainkan bentuk kompromi. Pada akhirnya, saya menjadi bahagia dengan pribadi saya saat ini. Saya sadar bahwa kejadian di tahun-tahun kemarin mengajarkan bagaimana saya harus bersabar. Bahwa keputusan yang didasarkan emosi tidak akan menyelesaikan masalah. Bahwa saya harus bersyukur dan selalu melihat hal positif karena selalu ada hal positif dalam kehidupan manusia. Saya mengerti bahwa saya tidak akan bahagia kalau saya hanya memenuhi keinginan saya. Bahwa pengorbanan dan penyesuaian itu selalu dibutuhkan manusia sehingga jangan merasa hanya saya lah yang melakukan pengorbanan. At the end, don’t ever think that life would offer the same situations. Look deeper because happiness is always there. You don’t need to fulfil every desire that people have. You achieve only those which belong to you. You can be you and do anything you want with your own life, but on the basis of consideration for others, because your life is not only about you. Don’t worry, be happy  Have a great year of 2017, everyone!