Sunday 9 November 2014

Kembali

Mengenalmu bukan perkara mudah
Seakan yang kau tawarkan hanya lara

Ntah apa yang kau diskusikan dengan Tuhan
Melangkah darimu aku enggan

Sadar bahwa cinta datang membawa harapan
Memaksa kita untuk bijak
Memaknai bahagia, menyikapi duka

Adakah kiranya satu masa
agar cinta kembali ke peraduannya?



Kembali.
Jakarta, November 2014


Photo source: Pinterest

Sunday 2 November 2014

Le Chemin de LPDP

Hai..
Setelah blog ini lama mati suri, saya akan kembali menulis tentang info-info yang mungkin akan berguna bagi teman-teman di luar sana. Saya akan bahas mengenai LPDP.
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) adalah sebuah lembaga profesional yang berada di bawah Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama, yang memberikan beasiswa magister dan doktor di berbagai universitas dalam dan luar negeri. Semua orang berhak mendaftar calon penerima beasiswa, baik yang sudah memiliki surat penerimaan atau Letter of Acceptance (LoA) atau yang baru niat lanjut sekolah :D

Seleksinya relatif sederhana dibandingkan tahapan seleksi beasiswa lain seperti Erasmus Mundus, misalnya. Padahal besaran beasiswanya sangat besar dan tidak kalah dengan beasiswa lainnya.
LPDP memiliki beragam skema untuk beasiswa, diantaranya Beasiswa Pendidikan Indonesia untuk magister dan doktor, Beasiswa Afirmasi, Beasiswa Tesis dan Disertasi, Beasiswa Spesialis Kedokteran dan Beasiswa Presiden Indonesia. Saya adalah penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia untuk program magister dalam negeri, jadi yang akan saya bahas selanjutnya adalah mengenai program ini. Untuk lebih lanjutnya, silahkan mengunjungi web lpdp di http://www.lpdp.depkeu.go.id/.

Beasiswa Pendidikan Indonesia adalah beasiswa reguler bagi para calon mahasiswa magister dan doktor di universitas dalam dan luar negeri. LPDP akan memberikan dana yang mencakup biaya sekolah, biaya hidup selama di kota dan negara tempat kuliah, biaya buku, biaya penelitian tesis dan disertasi, dan berbagai biaya lainnya. Untuk menjadi penerima beasiswa ini, pelamar beasiswa harus melewati empat tahap seleksi, yaitu:

1. Seleksi Administrasi
Pada tahap ini, pelamar beasiswa harus membuat akun di http://www.lpdp.depkeu.go.id/. Dalam akun tersebut, pelamar wajib mengunggah tiga essay yang temanya telah ditetapkan dan beberapa dokumen penting seperti sertifikat bahasa, ijazah, surat rekomendasi, dll. Setelah semua persyaratan administrasi lengkap, formulir bisa langsung disubmit. Hati-hati! ketika semua file telah disubmit, maka file tersebut sudah masuk dalam antrian file yang akan direview oleh LPDP, sehingga pastikan semua kelengkapan dan kesempurnaan dokumen sebelum melakukan submit.
Sebelum meng-klik tombol submit, pelamar beasiswa bisa kapan saja menutup atau membuka akun tersebut untuk melakukan pengeditan. Setelah submit, akun masih dibuka hanya untuk melihat pengumuman, bukan melakukan edit dokumen.

Pengumuman seleksi administrasi akan diumumkan biasanya pada periode wawancara yang biasanya diadakan empat kali dalam setahun. Bulan Maret, Mei, Juni dan September (pengalaman tahun 2014). Jadi, jika kamu submit di bulan januari, kemungkinan hasil seleksi administrasi keluar pada bulan maret atau akhir februari. Kalau melakukan submit dokumen pada bukan Maret, kemungkinan dipanggil wawancara yakni pada bulan Mei. Begitu seterusnya. Untuk pendaftaran adminstrasi, LPDP tidak memiliki deadline khusus, dibuka sepanjang tahun. Sehingga, semua kita yang atur. Jika butuh kepastian beasiswa sebelum September, pastikan semua proses seleksi selesai di bulan Juni. Seperti itu misalnya.

2. Seleksi Wawancara
Seleksi wawancara diumumkan biasanya kurang dari seminggu sebelum pelaksanaan wawancara. Seleksi wawancara diadakan di berbagai kota di Indonesia. Kalau di Jakarta, biasanya di kantor LPDP di Gedung Kementerian Keuangan dekat lapangan banteng. Pelamar akan diwawancara oleh tim panelis yang terdiri dari dua orang tenaga pengajar (dosen) yang memiliki latar belakang pendidikan dengan jurusan kuliah yang kamu tuju dan satu orang adalah psikolog.
Sesi wawancara berlangsung sekitar 20-40 menit per orang. Pertanyaan yang dilontarkan terkait dengan studi dan kesiapan kita untuk kembali sekolah.

Khusus bagian ini, saya memiliki pengalaman menarik. Saya adalah penerima beasiswa LPDP yang pernah gagal. Jadi, saya diterima sebagai penerima beasiswa setelah melakukan pendaftaran kedua kali. Pada wawancara pertama di bulan Maret, saya mengajukan pendaftaran untuk program dalam negeri dengan tujuan UGM dan jurusan manajemen. Waktu itu saya diwawancarai oleh dua orang dosen pria dan satu orang psikolog wanita. Wawancara berlangsung lima belas menit. Pertanyaan yang dilontarkan oleh tim panelis saat itu adalah alasan saya melanjutkan kuliah di dalam negeri. Saat itu saya langsung blak-blakan cerita bahwa saya tidak dapat izin orang tua untuk sekolah di luar negeri. Saat itu, tim panelis seakan mengerti dan malah memuji saya karena kemampuan bahasa asing saya yang menurut mereka sangat bagus. Wawancara dilakukan dengan Bahasa Inggris dan sedikit Bahasa Prancis, saat itu tim panelis mengemukakan mereka merasa senang dan puas dengan hasil wawancara saya. Saya pulang dengan tersenyum dan jumawa. Hasilnya keluar seminggu kemudian, dan tidak ada nama saya. Patah hati.

Masih penasaran, saya kembali mencoba dari awal. Saya kembali dipanggil wawancara pada bulan Juni. Tim panelis terdiri dari dua orang dosen pria dan wanita serta seorang psikolog wanita. Dari awal wawancara saya langsung diberikan penilaian yang "rendah". Intinya kalau mau sekolah di dalam negeri, kenapa harus daftar LPDP. Saya memiliki usaha dan pekerjaan serta orang tua yang masih memiliki potensi untuk membiayai saya. Tim panelis juga mengatakan LPDP tidak ingin memberikan beasiswa kepada orang yang sebetulnya memiliki kapasitas untuk sekolah di luar negeri. Tidak masuk logika mereka, kenapa saya harus memutuskan untuk sekolah di dalam negeri. Nyelekit. hahaha!
Saya juga ditanya mengenai prioritas hidup, antara pendidikan dan menikah. Saya juga dirayu untuk cari sekolah lain di luar negeri dan terakhir ditutup dengan "coba kamu cari sekolah lain dulu, nanti baru kami pikirkan apakah kamu cocok menerima beasiswa LPDP". Wawancara berlangsung selama lima puluh menit!! Saya udah antara geram dan pengen gampar tuh panelis. Sebagai penutup wawancara, saya akhirnya berani bilang bahwa "life is about choices. All you need in life, all you want, you can have it all, but not at once. That's my stance". Lalu pergi, dengan berderai air mata.. hahahaa. Gak deng, lalu pergi dengan perasaan jengkel, kenapa ibu-ibu dan bapak itu tajam-tajam banget mulutnya hahaha. Seminggu kemudian hasil keluar. Saya dinyatakan lulus!!

Lesson learned:
Saat wawancara pertama, saya bilang kalau tidak diizinkan ke luar negeri oleh orang tua. Sebetulnya menunjukan ketidakmampuan saya dalam meyakinkan seseorang. Jika orang terdekat aja gak yakin sama kita, gimana orang asing bisa percaya? Jadi, saya ubah strategi, untuk tidak mengeluarkan alasan itu pada wawancara kedua apapun kondisinya.

Wawancara kedua, saya berusaha meyakinkan apa yang membuat saya akan lebih berkembang walaupun hanya bersekolah di dalam negeri. Saya juga berusaha meyakinkan bahwa sekolah dalam negeri adalah pilihan saya dan bukan berarti saya tidak mampu untuk bersekolah di luar negeri, Untuk bagian ini, saya melampirkan semua sertifikat bahasa dengan score yang baik, TOEFL dan DELF. Tidak lupa menjadi diri sendiri dan kontrol emosi.

3. Leaderless Group Discusion
Pada tahap ini, semua pelamar beasiswa dikelompokkan ke dalam grup yang terdiri dari 10 orang. Tiap grup diberikan sebuah isu, waktu itu isu yang didapatkan kelompok saya mengenai kebijakan mineral dan tambang. Karena saya bukan tipe orang yang mendominasi ketika banyak orang yang lebih lantang, saya menawarkan diri menjadi notulen. Sebelum masuk ruangan, kelompok saya berusaha menerapkan aturan bawah setiap orang memiliki hak untuk berbicara sehingga akan lebih enak jika berbicara gantian dan urut. Hal ini efektif karena kelompok kami dapat melakukan diskusi yang baik dan mendapatkan kesimpulan sesuai dengan ide-ide yang dilontarkan tiap orang.

LGD dilakukan bersamaan dengan wawancara. Bisa sehari dengan wawancara atau keesokan harinya. Wawancara dan LGD memiliki alokasi waktu dua hari dan jadwal per orang bisa dilihat saat pelamar datang di hari pertama wawancara. Bagi teman-teman yang datang dari luar kota sebaiknya mengajukan cuti untuk dua hari. Pengumuman terakhir yang diberikan LPDP adalah gabungan dari pengumuman LGD dan wawancara.

4. PK (Pelatihan Kepemimpinan/Persiapan Keberangkatan)
PK merupakan tahap akhir wajib yang harus diikuti oleh calon penerima beasiswa LPDP. Sebelum PK, terdapat kegiatan pra-PK yakni saat-saat banyak tugas bejibun yang harus dikumpulkan dalam waktu yang singkat! Saya tidak akan banyak bercerita mengenai tahap ini biar akan menjadi kejutan bagi teman-teman. Bagi saya, tahap ini adalah tahap ketika saya merasa terinspirasi setiap hari, menemukan teman-teman yang hangat seperti keluarga dan momen yang pastinya akan membuat saya selalu rindu. Sepertinya, saya harus meluangkan waktu untuk membuat post tersendiri mengenai teman-teman luar biasa yang saya temui saat PK.

Setelah melewati empat tahap tersebut, kamu sah menjadi penerima beasiswa. Satu pesan yang harus terus digenggam. Kembalilah untuk Indonesia. Belajarlah dengan penuh ketekunan karena uang yang kalian gunakan adalah hasil keringat rakyat Indonesia.

Nah, begitu saja cerita saya mengenai proses seleksi LPDP. Jika ada yang ingin bertanya lebih lanjut, bisa meninggalkan komen di post ini. 

Terima kasih dan selamat mencoba!!

Tasya

Monday 15 September 2014

Amplop Biru

Amplop Biru

Dari awal sudah kuperingatkan tentang amplop biru
Jangan coba untuk menyentuh, apalagi membuka lipatannya
Karena keadaannya akan berbeda
Dahimu mengernyit, tapi akhirnya setuju
Tidak peduli seberapa besar rasa penasaran mencekikmu
Peringatan itu bak perintah Tuhan
Yang kamu butuhkan bukan logika melainkan keyakinan
Entah khilaf atau tak mampu melawan godaan setan
Kutemukan amplop sudah terbuka
Kamu sudah tahu, rasanya tidak lagi sama
Seperti sekarang..

Saat aku hanya bisa menangisi nisanmu saja

Monday 10 March 2014

(Masih) Sapardi

Salah satu pereda rindu dari Sapardi Djoko Darmono. Bagi para insan yang sedang menunggu..

BUAT NING

pasti datangkah semua yang ditunggu
detik-detik berjajar pada mistar yang panjang
barangkali tanpa salam terlebih dahulu

januari mengeras di tembok itu juga
lalu desember…
musim pun masak sebelum menyala cakrawala
tiba-tiba kita bergegas pada jemputan itu


Sang Juara Metafora

Kumpulan karya besar yang menginspirasi dari seorang Sapadi Djoko Darmono. Saya catut disini agar ia tak mudah terlupa dan catatannya selalu tersimpan.

PADA SUATU HARI NANTI
Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri

Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati

Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari

AKU INGIN

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

HUJAN BULAN JUNI

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

GADIS KECIL

Ada gadis kecil diseberangkan gerimis
di tangan kanannya bergoyang payung
tangan kirinya mengibaskan tangis
di pinggir padang,ada pohon
dan seekor burung

DALAM BIS

langit di kaca jendela bergoyang
terarah ke mana wajah di kaca jendela
yang dahulu juga
mengecil dalam pesona

sebermula adalah kata
baru perjalanan dari kota ke kota
demikian cepat
kita pun terperanjat

waktu henti ia tiada

Thursday 6 March 2014

This just takes longer than you thought

There are plenty of reasons why we should be grateful for our life. This might sound cliché but if you think deeply, somewhat you'll find it true. 

Since I was a kid, I have been living a great life. I moved from city to other city, made a lot of friends and experienced different things. As I grow up, my expectation of life is getting higher. When I was 12, I told my parents that I wanted to go to the most well-known junior high school (at that time I was in Manado). They were very supporting and encouraging. I got enlisted!. Somehow, I was not satisfied enough that I challenged myself by taking acceleration class. I asked for my parents's approval as the cost was higher, and fortunately they were both agreed. I took the acceleration class which turned out very tiring. The fortunes came continuously as I mostly seated on top 3 ranks, got accepted in a prestigious high school and university.  
One day, I dreamed to see the ancient architectures in Europe, join the international conference, visit some places in other countries that I only see on television and work in multinational company. God must be very kind to me as He made every each of my dreams came true. 

However, the situation is slightly different for me now. It takes longer than it used to be, than I thought, to attempt my goals. Facing the failure is not easy, keeping your mind to be positive is not a simple action. There must be some times that we think it's the hardest, in particular when looking at our friends and people asked you many questions. You may be disappointed and worried, but I think that's human being. I felt those too. That is life, ladies and gentlemen. It has ups and downs. 
Even so, I keep believing that I just have to be more patient in waiting the time. The recipe are being grateful for your past, thinking positive for the future, giving the best effort for now. Because every little thing you've obtained and passed has its own meaning. 
You might fell a lot, but then you just have to bounce higher, like a child on a trampoline. Nothing should be  regretted. 

Today, I read a good quote. It said...
"Don't judge me. I am not ashamed of trying. Every journey has to start somewhere".

Monday 13 January 2014

Indonesiaku, Indonesiamu

Selamat malam,

Izinkan saya untuk berbagi beberapa kekhawatiran saya terhadap bangsa Indonesia. Hal ini mungkin hanya tulisan blog yang mengandalkan pengamatan semata. Sehingga, di kemudian hari, jika ada dari teman-teman yang memiliki data komprehensif untuk melengkapi tulisan ini, tentunya saya akan sangat senang. Tulisan ini tidak bermaksud untuk melakukan penilaian (judging) atau mendiskreditkan serta mengecilkan peran seseorang maupun kelompok. Tulisan ini hanya mengungkapkan pemikiran saya sebagai salah satu bagian dari  masyarakat Indonesia.

Kekhawatiran saya yang pertama adalah kurangnya masyarakat Indonesia untuk melakukan dialog secara produktif.
Apa itu dialog produktif?
Dialog produktif adalah proses bertukar pikiran atau ide untuk menciptakan suatu rencana atau rekomendasi yang komprehensif dan terstruktur. Saat ini, kebanyakan dialog disertai dengan emosi yang meledak-ledak dan kemudian berujung pada debat kusir. Mungkin bisa kita lihat beberapa acara dialog di televisi yang mengedepankan drama dari sebuah diskusi. Pembawa acara tidak menjadi orang yang mengatur alur diskusi, melainkan menjadi orang yang memprovokasi emosi individu.
Sebetulnya ada beberapa cara, setidaknya menurut saya, bagaimana menciptakan dialog yang produktif. Pertama, bagaimana mengemukakan argumen yang disertai data. Kedua, menjaga kestabilan emosi, termasuk mampu menarik diri dalam diskusi jika diskusi sudah mengarah kepada debat kusir. Ketiga, tidak menjadi aktor dramatis. Maksudnya, menjadi orang yang memelintir kalimat seseorang, memutarbalikan omongan seseorang. Karena pada dasarnya, aktor-aktor ini yang membuat diskusi menjadi berlarut-larut dan tidak menghasilkan mufakat. Jika tidak memiliki data yang akurat, silahkan mengamati dan menilai mana argumen yang seharusnya didukung.

Kekhawatiran kedua adalah ketika seseorang menyepelekan pendidikan dan pergaulan sehingga tidak open-minded. Ada pepatah yang mengatakan derajat seseorang bisa berubah karena statusnya, hartanya dan pendidikannya. Pepatah tersebut menggambarkan betapa pentingnya pendidikan dan bagaimana peran pendidikan mampu membentuk seseorang. Pendidikan memungkinkan seseorang untuk lebih mengenal bagaimana sesuatu bekerja, bagaimana kebijakan diproses, bagaimana kegiatan ekonomi dijalankan. Pendidikan akan membantu seseorang untuk memahami sebuah prioritas. Hal mana yang patut diperbaiki dan dikembangkan.

Seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi harus disertai dengan pengalaman bersosialisasi dengan orang banyak. Kenapa? Agar bisa memahami perspektif orang banyak. Mengapa ada kesimpulan yang berbeda terhadap suatu hal, kacamata mana yang dipakai untuk melihat hal tersebut? Pergaulan juga memperkaya seseorang dengan informasi-informasi baru. Bahwa ternyata banyak hal yang tidak bisa dipelajari dalam institusi pendidikan formal.

Kekhawatiran ketiga adalah rendahnya toleransi antar individu.
Jangankan toleransi beragama, toleransi berpendapat saja masih langka.
Sebagai bangsa Indonesia, kita patut bersyukur memiliki etnis yang memiliki perangai yang berbeda jauh. Memungkinkan kita terbiasa menghargai perbedaan. Sayangnya, orang Indonesia terbiasa menyeletuk tapi mudah tersinggung. Mudah menertawakan gagasan orang dan tidak mampu mengakui keunggulan orang lain.
Hal ini sangat disayangkan mengingat berapa lama kita mempelajari pendidikan kewarganegaraan dan agama di sekolah, seberapa sering kita diingatkan oleh nilai-nilai pancasila, setiap upacara bendera dan seberapa sering nurani kita sebetulnya terus mengingatkan.

Kekhawatiran terakhir adalah apatisme masyarakat Indonesia.
Ini juga menjadi tantangan saya selama ini untuk menjadi pribadi yang tidak cuek dalam menyikapi permasalahan. Permasalahan sosial timbul juga karena ada pembiaran dari berbagai pihak, Misalnya seberapa sering kita terus-terusan memberi uang kepada pengemis? Bagaimana kalau uang tersebut diganti dengan roti. Lebih baik memberikan roti dibandingkan uang karena sebetulnya kita mampu memutus rantainya "aktivitas ekonomi" yang dihasilkan oleh kegiatan mengemis.
Mulai percaya dengan pengampu kebijakan, mulai bergabung dalam sebuah komunitas positif dan mulai berbagi pengalaman adalah ciri-ciri warga negara yang optimis.

Kekhawatiran tentunya tak ada artinya jika hanya dipikirkan tanpa aksi yang nyata. Aksi sudah dapat dilakukan saat ini juga, dimulai dari unit terkecil.
Biasakan menjadi orang yang mau berdialog aktif, mau sekolah bersungguh-sungguh, mau bertemu dengan banyak orang, mau menghargai identitas setiap orang dan mau bersikap optimis. Mulai penanaman hal-hal tersebut sejak dini, ciptakan individu-individu yang dapat menjadi agen perdamaian. Mulai berdiskusi dengan orang-orang positif, mulai menjadi pribadi yang rendah hati untuk terus berbagi dan mulai berani untuk mengakui kesalahan,

Bangsa Indonesia adalah bangsa kuat yang bersatu. Modernisasi serta globalisasi harus menjadi motivasi agar Indonesia menjadi bangsa yang kaya. Andai saja setiap individu warga negara Indonesia sadar akan pentingnya saling memahami, maka harapan untuk menjadi bangsa yang besar sesungguhnya ada. Pada akhirnya, harapan itu ada untuk diwujudkan.



Sunday 5 January 2014

When everyone starts getting married

Within these couples of months, I heard some good news from my close friend that they are getting married. There are at least four bestfriends who has declared their wedding date. Let me tell you by one by one.


Ms.B
This girl is one of my bestfriend at college. She met A (her husband wanna be) at her house when her parents introduced him. At first, she really hated the idea of being involved in matchmaking. One day, her parents allowed A to stay at their house in order to know deeper about A. During his stays, he convinced B's parents that B is the one he's looking for. B stayed at the second floor of her house and A was on the first floor of the house. They literally lived at the same rooftop for many days, but they never met privately. When A was talking to B's parents, B could just hear from the second floor. At some point, B felt that God was playing with her heart because exactly on the day when A decided to leave, B thought she's in love with A. B asked her parents to make them meet before A left from the house. Their eyes met, and later B decided to accept A's proposal.

A year later, the baby boy named Abdullah come to Earth!


Ms.N
This person is my 7-years bestfriend. I've been knowing her stories since 3 years ago when she started falling in love with this man. I remember that 3 years ago she told me that she had a crush on someone. At that time, she had a relationship with someone else though. Hahaha. However, this man is extremely different with her. After 3 years of waiting, finally these two people is married!

Mr.A
So the story starts from a year ago when this man complained how Ms.N is getting married this fast while he's struggling living this earth as a single man! (haha!).
Well, I decided to take evinka (my other bff who has plenty of girlfriends) 's cellphone and tweeted about Mr.A. Hours later, there was incoming call from Evinka's friend who's asking about Mr. A. Short story, Evinka introduce them, they started to date. A year later after the meeting, they decided to get married.

My story?
HAHA. None from me so far, dude!

2013 - What happened

Tulisan ini adalah tulisan pertama saya sejak berbulan-bulan sudah vakum menulis. Hal yang patut disayangkan mengingat membaca dan menulis merupakan minat saya yang paling lama. Saya tidak ingin menyalahkan pekerjaan yang menumpuk atau waktu yang padat. Karena pada akhirnya, yang salah adalah pribadi yang tidak mampu mengelola waktunya dengan baik.

Tahun 2013 dibuka dengan semangat saya yang semakin membara saat melakoni pekerjaan di bidang konsultan kehumasan. Bulan Januari dan Februari, saya diberikan kesempatan untuk banyak mengembangkan kemampuan diri, terutama di bidang public speaking. Pada bulan tersebut, saya banyak dikirim ke berbagai daerah untuk menjadi narasumber di salah satu sesi acara sosialisasi yang diadakan klien. Melalui kegiatan itu, saya bisa berkunjung ke Cirebon, Banten, Tanjung Pandan, Pangkal Pinang, Lampung dan lain-lain. Di bulan April, saya bahkan mendapat tugas dinas internasional pertama saya, ke Singapura. Saya bisa mengunjungi berbagai tempat yang mungkin tidak akan saya kunjungi jika saya pergi kesana sendiri.

Pada pertengahan tahun, saya juga mengalami hal-hal menyenangkan terkait kisah cinta. Pertengahan tahun merupakan saat dimana saya bisa mengenal keluarga pasangan saya, begitu juga saya bisa membawa pasangan masuk ke keluarga.

Namun, mulai pertengahan tahun pula, saya mulai merasakan gamang dengan pekerjaan saya saat ini. Saya merasa tidak yakin untuk bertahan di kantor lama, di industri yang sama. Cukup ironis memang karena pada tengah tahun, saya justru mendapat apresiasi dari kantor berupa naik jabatan. Namun, saya bertemu dan berdiskusi dengan banyak orang mengenai dunia kerja dan dunia sekolah yang akhirnya membuat saya berpikir untuk keluar dari zona saat itu. Saya mulai menyusun rencana bahwa harus ada dunia baru di tahun depan. Saya  mempersiapkan diri untuk meraih pekerjaan baru atau kembali melanjutkan sekolah. Saya kemudian bergerilya melakukan pendaftaran ke beberapa kementerian serta BUMN. Sebagai rencana cadangan, saya juga mendaftar untuk sekolah.

Memasuki bulan-bulan di akhir tahun, hasil dari aktivitas gerilya mulai terkuak. Saya menerima berbagai penolakan. Saya tidak lolos dalam tahap-tahap akhir seleksi dua lembaga negara. Saya tidak kunjung menerima panggilan dari BUMN yang saya daftar jauh-jauh hari. Kemudian, saya juga mendapat berita penolakan dari sekolah yang saya inginkan.

Boleh jadi, bulan-bulan akhir menjelang pergantian tahun adalah bulan-bulan yang cukup menantang. Saya perlu membagi waktu untuk kerja, les bahasa inggris dan belajar untuk mempersiapkan diri menjalani berbagai tes kementerian. Saya juga mengalami perdebatan yang sangat panjang dengan orang tua dan pasangan yang membuat saya paham bahwa dukungan dari orang terdekat adalah amunisi semangat yang signifikan. Ada beberapa impian yang saya inginkan, ternyata tidak cocok dengan persepsi mereka sehingga terdapat suatu masa saat amunisi semangat itu hilang dan yang tersisa hanyalah kemauan pribadi.
Bulan Desember adalah bulan pengikhlasan atas semua kontradiksi yang terjadi. Bulan yang memungkinkan saya untuk melakukan refleksi, berdamai dengan keinginan orang-orang terdekat dan membuka pikiran dan hati seluas-luasnya untuk sebuah toleransi.

Kesimpulannya, tidak ada yang perlu disesali di tahun 2013. Saya sungguh bersyukur atas semua hal yang saya alami di tahun 2013. Pengalaman adalah guru terbaik. Trial and error adalah sebuah proses  yang memaksa kita untuk belajar. Saat ini saya menanggalkan semua atribut. Bulan lalu saya masih tercatat sebagai karyawan swasta, yang tersisa adalah pribadi yang ingin berjuang.  Tahun 2014 bagi saya adalah kanvas putih tanpa coretan sehingga bulan Januari merupakan bulan yang penting karena bulan ini saya memegang kuas dan harus memutuskan warna apa yang ingin saya ambil untuk lukisan tahun depan.


Selamat tahun baru!