Memahat Aksara
Kumpulan fiksi, pengalaman dan inspirasi
Saturday 31 August 2019
Upgrading Myself
Hari ini saya nonton vlog seorang businesswoman dari Malaysia yang menurut standar saya, sudah hidup cukup sukses. She has everything, from career, loving husbands, adorable kids, warm big family and also trusted friends. Yang kemudian membuat saya terhenyak adalah ketika saya langsung "menangkap" sifat atau karakter yang menuntun dia untuk bisa berada di tahap ini. Konsistensi dan disiplin. Two things that I think I dont have right now. Soooo, tonight I am inspired to upgrade myself. I intend to build these characters within myself. Cara mudah yang saya pikirkan saat ini adalah dengan menantang diri saya untuk menulis di blog di setiap tanggal ganjil. Demi menghidupkan sisi konsistensi dan disiplin tersebut.
I used to have those traits but since I resign from being an employee, I start to live as I please. And it's not good enough. It's not good enough for me who plans to have my own business, to resume my career path. Therefore, I need to train myself. Training asides, saya juga ingin kembali melatih kemampuan saya dalam menulis. Dulu saat bekerja untuk sebuah perusahaan konsultan komunikasi, saya dapat menulis banyak hal, dengan cara penulisan yang cukup enak. Sekarang? Saya melihat ada penurunan kemampuan menulis dalam diri saya yang membuat saya harus kembali memaksakan diri untuk membaca buku dan tentu menulis.
Good luck to me!
Wednesday 11 January 2017
Happiness
Assalamualaikum!
Ini adalah post pertama di tahun 2017. Yeay! Semoga resolusi seminggu minimal tiga post tidak hanya jadi wacana belaka seperti tahun-tahun sebelumnya
Saya sebetulnya bukan tipe orang yang mengkhususkan tahun baru sebagai “batas” diri saya yang dulu dan sekarang. Jadi, sebetulnya saya tidak terlalu merencanakan goal apa yang ingin saya capai di tahun depan. Namun, karena saya belum banyak kegiatan lagi, saya jadi kepikiran apa sih yang telah saya lakukan di tahun sebelumnya. Apa yang membuat saya senang, apa yang membuat saya sedih.
Kembali ke beberapa tahun sebelumnya yaitu tahun 2014. Tahun 2014 mungkin tahun terberat untuk mental saya. Terberat dalam artian ini menurut saya, bagi sebagian orang mungkin akan terdengar biasa saja. So, no judging, pretty please
Tahun 2014 adalah tahun ketika rasa percaya diri jatuh ke tingkat terendah selama yang saya ingat. Tahun 2012-2013, saya banyak melakukan travelling, baik kepentingan dinas maupun kepentingan pribadi (jalan-jalan, kondangan temen di luar kota, dll). Tahun 2012-2013 adalah sosok saya yang baru memasuki dunia kerja, penuh dengan gairah yang menggebu-gebu untuk belajar, bertemu orang baru, ke tempat baru dan memiliki banyak ekspektasi baru. Ekspektasi inilah yang kemudian –menurut saya- menjadi cikal bakal dari ketidakmampuan saya untuk bersyukur dan berakhir pada pilihan-pilihan yang tidak bijak.
Awal 2014 dibuka dengan status saya sebagai orang yang tidak memiliki pekerjaan. Keadaan yang begitu sibuk sebelumnya, membuat saya harus menyesuaikan diri dengan keadaan tidak memiliki kegiatan. Pada awal tahun itu pula, saya mengalami banyak penolakan, baik penolakan kerja maupun penolakan beasiswa. Rencana yang tadinya terdengar begitu matang di akhir tahun 2013, mendadak tidak tercapai sedikit pun di awal tahun. Percaya diri saya turun, menjadi orang yang defensif, dan cenderung malu jika ditanya orang. Tahun 2014 menjadi tahun ketika saya menjadi orang yang menutup diri dari lingkungan sosial, tidak percaya diri,mudah emosi dan terburu-buru. Saya banyak menyalahkan keadaan dan orang-orang dekat yang –menurut saya- menjadi penghambat dalam mencapai hal yang saya inginkan.
Perlahan, keadaan mulai membaik dengan akhirnya saya mendapat beasiswa. Walaupun, akhirnya memutuskan untuk melanjutkan studi di dalam negeri. Mulai mencari kegiatan dengan mendirikan usaha kecil-kecilan bersama teman. Tahun 2015 saya mulai berupaya bangkit dari perasaan “mengasihani diri sendiri”. Malam sebelum kuliah, saya membaca dulu materi yang akan diajarkan. Alhamdulillah hal ini sangat membantu nilai saya, namun yang utama adalah meningkatkan percaya diri saya. Jadi, alasan saya melakukan yang terbaik saat kuliah bukanlah karena nilai, melainkan untuk meningkatkan percaya diri. Saya percaya diri ketika orang meminta bantuan saya dalam memahami materi kuliah. Saya percaya diri ketika dosen bertanya dan saya mampu memberi jawaban yang memuaskan. Saya percaya diri ketika ada yang bertanya tentang kuliah saya.
Tahun-tahun berikutnya saya merasa lebih mudah. Saya memiliki banyak waktu untuk “memperkaya” diri. Saya tidak terus-terusan sibuk memenuhi ekspektasi sosial. Saya mulai banyak bersyukur dan tidak membandingkan keadaan saya dengan orang lain. Saya berdamai dengan keputusan-keputusan saya di masa lalu, Bahwa keputusan yang tidak bijak pun adalah takdir yang harus saya jalani dan akan selalu ada hikmah dari takdir yang diberikan Allah. Saya juga menyadari bahwa situasi atau orang-orang yang menurut saya menghambat keinginan saya bukanlah pihak yang harus disalahkan. Hal-hal yang tidak tercapai di tahun sebelumnya atau keinginan yang akhirnya tidak bisa saya raih, bukanlah kegagalan. Melainkan bentuk kompromi.
Pada akhirnya, saya menjadi bahagia dengan pribadi saya saat ini. Saya sadar bahwa kejadian di tahun-tahun kemarin mengajarkan bagaimana saya harus bersabar. Bahwa keputusan yang didasarkan emosi tidak akan menyelesaikan masalah. Bahwa saya harus bersyukur dan selalu melihat hal positif karena selalu ada hal positif dalam kehidupan manusia. Saya mengerti bahwa saya tidak akan bahagia kalau saya hanya memenuhi keinginan saya. Bahwa pengorbanan dan penyesuaian itu selalu dibutuhkan manusia sehingga jangan merasa hanya saya lah yang melakukan pengorbanan.
At the end, don’t ever think that life would offer the same situations. Look deeper because happiness is always there. You don’t need to fulfil every desire that people have. You achieve only those which belong to you. You can be you and do anything you want with your own life, but on the basis of consideration for others, because your life is not only about you.
Don’t worry, be happy
Have a great year of 2017, everyone!
Thursday 22 December 2016
Jalan-jalan ke Korea - Persiapan
Assalamualaikum!
Hari ini saya mau berbagi tentang perjalanan saya dan suami ke Korea pada awal Desember 2016. Saya mau cerita dari awal persiapan sampai kepulangan kami di Jakarta. Karena sepertinya banyak yang akan saya ceritakan, jadi saya bagi post tentang korea ini menjadi beberapa bagian ya.
Oke, langsung aja ke bagian pertama!
Bagian pertama: Persiapan!
Saya dan suami memang berkomitmen untuk liburan akhir tahun ini. Because we didnt have a proper honeymoon. Jadi waktu itu, udah merencanakan honeymoon eh taunya ada kerjaan kantor yang gak bisa ditinggal suami. Setelah itu, uang liburan kita banyak kepakai untuk hal-hal lain, sehingga akhirnya kita menunda sampai akhir tahun 2016.
Tiket Pesawat
Awalnya kami gak berencana ke Korea. Kita mau pergi kemana pun, yang penting dapat pengalaman baru dan berdua aja. Akhirnya iseng datang ke Garuda Travel Fair 2016 di bulan Agustus. Ada beberapa destinasi yang sesuai budget kami, yaitu ke Osaka, Tokyo atau Seoul. Setelah browsing sana-sini, kayaknya living cost di Jepang lebih besar dibandingkan Korea, akhirnya kita sepakat untuk pilih Korea. Kami dapat tiket Garuda PP untuk bulan Desember 2016 di harga IDR 4,3juta per orang. Murah! Saya pernah ke Seoul di tahun 2012, saat itu menggunakan AirAsia, harga tiketnya 4,2jt per orang, tapi harus transit di Kuala Lumpur yang bakal bikin perjalanan makin puanjaang. Yang lebih menyenangkan dari Garuda adalah apabila kita berhalangan berangkat pada tanggal pemesanan,maka kita bisa reschedule, namun harga kembali ke harga normal. Menurut saya itu lebih baik dibandingkan betul-betul hangus.
Tips: Rencanakan liburan jauh-jauh hari agar bisa mendapatkan tiket yang lebih murah.
Paspor
Setelah tiket dan tentunya persetujuan cuti dari kantor suami, saya mulai mengurus dokumen penting, yaitu paspor dan visa. Ingat ya,paspor yang bisa digunakan adalah paspor yang masih berlaku minimal 6 bulan sebelum expired date. Kebetulan paspor saya akan expired di bulan April 2017, sedangkan saya akan berangkat Desember 2016, jadi harus diperpanjang. Pengajuan paspor saat ini mudah sekali ya. Tinggal isi form melalui internet, lalu cetak dan bawa ke Kantor Imigrasi yang telah dipilih sebelumnya. Saya pilih ke kantor imigrasi Jakarta Timur. Harga perpanjangan paspor yaitu IDR 355.000.Paspor jadi dalam tiga hari kerja. Alhamdulillah proses perpanjangan paspor saya lancar. Saat disana, ada beberapa orang yang paspornya tertahan. Mereka adalah orang-orang yang melakukan pembayaran via internet banking atau atm. Karena ada kesalahan sistem, pembayaran belum terkonfirmasi. Alhasil mereka masih harus menunggu minggu depan.
Tips: Lakukan pembayaran bayar paspor melalui Teller Bank saja.
Visa
Proses pengajuan visa saya lakukan sendiri. Karena suami bekerja, saya yang menguruskan visa suami dan saya sendiri. Saya langsung berangkat ke Kedubes Korea bagian Konsuler. Lokasi Kedubes ini ada di Jalan Gatot Subroto, sebelah Rumah Sakit Medistra. Pelayanan aplikasi visa dibuka mulai jam 09.00 - 12.00 wib, sedangkan pengambilan visa mulai 13.30 - 16.30 wib. Bagi yang membawa mobil, kedutaan Korea tidak menyiapkan tempat untuk parkir kendaraan, tapi kamu bisa menuju Gedung K-Link, sebelah R.S Medistra dan parkir disana. Setelah itu, tinggal jalan kaki aja menuju kedutaan Korea.
Untuk tipe visa yang ingin diajukan adalah visa turis atau visa single entry (berlaku dalam tiga bulan) . Biayanya IDR 540.000 per visa.
Persyaratan dokumen yang diminta lumayan banyak versinya. Di website Kedutaan Besar Korea, persyaratan dokumen tidak banyak, tetapi pengalaman saya saat mengajukan visa, mereka minta selengkap mungkin. Misalnya, di website tertera untuk bukti keuangan dapat pilih salah satu, apakah bukti rekening koran, bukti pembayaran pajak atau slip gaji. Nyatanya, saat mengajukan visa, ketiga dokumen diminta. Jadi saran dari saya, kasih aja semua, biar lengkap hehe.
So, berdasarkan pengalaman saya kemarin, dokumen yang saya ajukan diantaranya:
Suami
1. Paspor asli dan fotokopinya beserta fotokopi halaman-halaman yang berisi cap-cap dari negara lain,jika ada
2. Form aplikasi visa ( download )
3. Foto ukuran 3,5x4,5 cm, background putih, tampak wajah 80%
4. Kartu Keluarga atau Surat Nikah (saya pakai surat nikah, karena kami belum ada KK baru)
5. Surat Keterangan Bekerja (bahasa Inggris)
6. Bukti Keuangan :
- SPT PPH 21 (Jika telah melakukan sistem pelaporan pajak online, kita bisa cetak langsung dari akun kita)
- Rekening Koran 3 bulan terakhir (Rekening suami saya Mandiri, biaya pembuatannya IDR 150.000, namun jadi keesokan harinya)
- Slip gaji atau bukti tunjangan pensiun
Istri (Saya tidak bekerja kantoran, Saya sedang menyelesaikan kuliah master saya dan saat ini sedang berwirausaha kecil-kecilan). Jadi dokumen yang saya pakai untuk visa, diantaranya
Nomor 1-4 sama dengan dokumen suami.
5. Surat sponsor dari Suami. Surat sponsor ini menyebutkan bahwa suami saya akan menanggung biaya perjalanan saya dan memastikan bahwa saya akan kembali pulang ke Indonesia. Format surat ini bebas dan saya ngarang sendiri. Ditulis dalam bahasa Inggris dan ditandatangani suami di atas materai.
6. Surat keterangan mahasiswa (karena kebetulan saya sedang bersekolah)
7. Bukti Keuangan Suami (Saya melampirkan fotokopi semua bukti keuangan suami).
Dokumen tambahan: saya melampirkan bukti booking hostel, tiket PP Cengkareng - Incheon, itinerary atau jadwal kegiatan selama disana.
Saya datang jam 08.00 pagi dan ternyata loket sudah dibuka jam 08.30 wib. Namun, petugas baru melayani jam 09.00. Saya mendapat nomor antrian no.3. Oiya, jangan lupa membawa uang tunai karena pembayaran visa hanya bisa dilakukan tunai, tidak bisa debet apalagi pake kartu kredit hehe.
Prosesnya hanya sekitar 10 menit karena petugas hanya screening dokumen. Setelah itu kita diberikan bukti pengambilan. Mulai Desember 2016, kita harus mengecek status paspor melalui website, jika sudah approved baru kita melakukan pengambilan. Proses pengajuan aplikasi visa maupun pengambilan visa dapat diwakilkan.
Tips: Datang lebih pagi untuk menghindari antrian panjang. Cetak dan isi form aplikasi sebelum ke Kedutaan karena sebetulnya petugas tidak menyediakan form disana. Kalaupun ada jumlahnya terbatas. Kemarin saya lihat ada yang kehabisan dan sibuk mencari warnet atau digital printing. Tips lainnya, bawa uang tunai atau cash untuk membayar visa karena tidak ada atm di gedung Kedutaan dan tidak melayani transaksi elektronik. Lengkapi dokumen selengkap-lengkapnya.
Alhamdulillah, waktu itu saya apply hari Senin dan hari Jumat visa sudah approved.
Akomodasi
Saya dan suami adalah tipe yang tidak ingin menghabiskan dana yang banyak untuk akomodasi. Kebetulan kami termasuk yang bisa tidur dimana aja, jadi kami gak perlu hotel mewah untuk tidur, toh disana akan banyak dihabiskan untuk jalan-jalan dibandingkan mendem di hotel hehe..
Akhirnya pilihan kami jatuh kepada HOSTEL!. Hostel di luar negeri itu mungkin setara hotel bintang kelas 1 atau 2 di Indonesia mungkin ya. Untuk pemilihan hostel, pertimbangan kami adalah kamar private buat berdua, kamar mandi dalam, ada sarapan, dekat dengan shuttle ke airport dan dekat dengan subway station. Karena kami akan datang saat musim dingin, pertimbangan lainnya adalah adanya air hangat untuk mandi dan penghangat ruangan dalam kamar.
Setelah browsing dan mesen sana sini, trus cancel sana sini lagi hehehe.. Akhirnya pilihan kami jatuh kepada BEEWON GUESTHOUSE!
Sekalian aja saya review ya.
1. MURAH dan space yang luas! Saya pesan kamar ondol room (traditional room dengan sistem penghangan lantai). Idenya sih biar ngerasa aja ala keluarga-keluarga Korea beneran. hehehe. Tapi Alhamdulillah ini menjadi pilihan yang tepat. Hostel terkenal dengan ruangan yang sempit, padahal kami membawa koper yang gede-gede. Dengan ondol room ini, kita bisa lipat mattras yang tidak digunakan, sehingga spacenya luas. Kamar ondol room ini dilengkapi dengan Kamar mandi dalam. Untuk 7 hari 6 malam, kami mendapatkan harga 205.000 won atau 2,3 juta rupiah!!
Sebetulnya ada lagi yang lebih murah, misalnya yang bunk bed, atau dormitory tapi kurang nyaman buat kami yang suami-istri. Nanti gak bisa pelukan! hahaha
2. Lokasi. Lokasinya Beewon ini sangat dekat dengan dua subway station, yaitu Anguk Station dan Jongno-(3)ga station, skitar 200-300m atau 5-10 menit jalan kaki. Shuttle bus ke airport juga sangat dekat hanya 5 menit jalan kaki. Ini penting sekali, jadi kami gak perlu takut kesusahan narik-narik koper untuk menuju hostel. Jalan menuju hostel dari shuttle bus juga rata, jadi gak perlu takut kesusahan. Hostel ini juga dekat ke Bukchon Hanok Village, Gyeongbokgung Palace dan Palace-palace lainnya. Saya mengunjungi tempat-tempat tersebut dengan berjalan kaki. Dan yang paling penting, Beewon ini berada di belakang 7Eleven. Lumayan membantu kalau mau membeli suatu yang instan.
3. Fasilitas. Beewon guesthouse menyediakan sarapan, yaitu roti, selai, yogurt, susu, teh dan kopi. Kami juga diperbolehkan untuk numpang nge-print, gratis! Di setiap lantai ada dispenser bagi para penghuni. Di dalam kamar, disediakan televisi LED dengan channel yang sangat beragam, hair dryer, air panas untuk mandi, penghangat ruangan, AC, meja rias dan gantungan baju. Yang paling cute adalah ada kucing yang akan menyambut kami setiap kami kembali ke hostel. Namanya Geum-dong. Sampai sekarang aja rasanya susah move on dari Geum-dong si kucing lucu.. Kamar dan keseluruhan hostel menurut saya cukup bersih. Host dan para pegawai pun menyambut dan mau membantu kami. Mengangkat koper ke kamar dan memberikan rekomendasi tempat oleh-oleh, dan lain-lain.
Pokoknya saya dan suami merekomendasikan hostel ini!
Itinerary
Menyusun itinerary atau jadwal kegiatan merupakan hal yang penting, terutama bagi yang tidak pergi bersama tur. Kami juga memutuskan untuk tidak menggunakan jasa tur karena kami ingin liburan sesuai keinginan kami tanpa ada jadwal yang pasti. Itinerary sifatnya hanya sebagai pedoman, agar kita tidak terlalu buta mau kemana, tapi pelaksanaannya terserah kita dan tergantung keadaan saat itu saja :)
Dari itinerary yang saya buat, sepertinya 70% terpenuhi. Cuaca merupakan salah satu faktor adanya perubahan, selain karena faktor keuangan! hahaha. Setelah disana, ada beberapa pertimbangan yang membuat kami merelakan uang untuk masuk ke arena wisata, menjadi uang untuk makan enak. Itinerary yang saya susun tentunya berdasarkan browsing-browsing dari internet, dan mempertimbangan jarak antar lokasi. Di Korea banyak sekali destinasi wisata yang tidak akan cukup dikunjungi semua dalam waktu seminggu. Destinasi wisata juga ada yang mirip antara satu sama lain,sehingga perlu dipertimbangkan baik-baik. Jika ada yang berminat untuk melihat itinerary saya, silahkan beritahu email kamu di kolom komentar, insha Allah saya kirimkan itinerary saya.
Tips: Jika ingin mengunjungi tempat-tempat wisata khas di Korea seperti Namsan Tower, Everland atau Ski, saya sarankan untuk menempatkan kegiatan-kegiatan tersebut di hari kerja, karena akhir pekan akan sangat ramai. Jika ingin mudah, bisa juga mencontoh itinerary tur-tur yang ada.
Segitu dulu ya cerita tentang persiapannya. If anyone has any queries, please let me know. Sampai ketemu di postingan selanjutnya!
Monday 2 May 2016
Bio True - ONEday Lenses Review
Dear All,
Another product was added to be reviewed! here it comes, BIO TRUE ONEday Lenses!!
Saya register disini untuk mendapatkan sampel produk keluaran Bausch + Lomb ini. Sebetulnya saya sudah ngefans lama dengan line nya Bausch + Lomb karena saya selalu menggunakan Renu sebagai daily cleaner untuk softlens yang saya gunakan.
Saya mendapatkan 2 box Biotrue yang berisi lima buah dalam 1 box, berarti saya dapat 5 pasang. Biotrue punya ukuran dari -1 hingga -9 dan merupakan softlens sekali pakai. Jadi kalau sudah dipakai seharian bisa langsung dibuang. Warna softlens nya bening sehingga mata tetap terlihat natural.
Pertama kali saya pakai, saya tidak merasakan sesuatu yang mengganjal. Pertama, karena saya terbiasa menggunakan softlens. Kedua, karena memang kelembaban biotrue cukup tinggi. Saya tidak perlu membilas softlens sebelum saya pakai untuk pertama kalinya. Jadi setelah saya buka kemasannya, bisa langsung saya tempatkan ke mata. Beberapa brand lain membutuhkan bilasan walaupun baru dibuka untuk pertama kalinya dan ini gak terjadi pada Biotrue, so I am satisfied!
Saya pakai buat kondangan dan sampai di rumah gak saya lepas karena saya baru pakai beberapa jam. Selama 10 jam pertama, saya tidak membutuhkan tetes mata. Saya tidak merasa mata saya kering ataupun iritasi. Namun, setelah 10 jam saya merasa butuh meneteskan tetes mata karena keringnya mulai terasa, mungkin juga karena pengaruh berlama-lama dalam ruangan ber-AC.
Ukuran mata saya sebenarnya adalah -3,5 dan silinder 1,75, tetapi saya menggunakan Biotrue dengan ukuran -3,5 saja tanpa silinder. Buat saya, kurang begitu nyaman untuk dipakai sehari-hari karena tetap tidak jelas terutama untuk beca tulisan. Biotrue dijual dengan harga 235.000-275.000 untuk setiap box berisi 30 pcs. Saya kira cukup recommended digunakan untuk kondangan atau kegiatan outdoor jika mata kamu juga punya silinder yang cukup tinggi seperti saya. Buat kamu yang males ribet dan hanya membutuhkan softlens untuk mata minus, Biotrue bisa menjadi salah satu pilihan yang tepat.
See you!
Tasya
Another product was added to be reviewed! here it comes, BIO TRUE ONEday Lenses!!
Saya register disini untuk mendapatkan sampel produk keluaran Bausch + Lomb ini. Sebetulnya saya sudah ngefans lama dengan line nya Bausch + Lomb karena saya selalu menggunakan Renu sebagai daily cleaner untuk softlens yang saya gunakan.
Saya mendapatkan 2 box Biotrue yang berisi lima buah dalam 1 box, berarti saya dapat 5 pasang. Biotrue punya ukuran dari -1 hingga -9 dan merupakan softlens sekali pakai. Jadi kalau sudah dipakai seharian bisa langsung dibuang. Warna softlens nya bening sehingga mata tetap terlihat natural.
Pertama kali saya pakai, saya tidak merasakan sesuatu yang mengganjal. Pertama, karena saya terbiasa menggunakan softlens. Kedua, karena memang kelembaban biotrue cukup tinggi. Saya tidak perlu membilas softlens sebelum saya pakai untuk pertama kalinya. Jadi setelah saya buka kemasannya, bisa langsung saya tempatkan ke mata. Beberapa brand lain membutuhkan bilasan walaupun baru dibuka untuk pertama kalinya dan ini gak terjadi pada Biotrue, so I am satisfied!
Saya pakai buat kondangan dan sampai di rumah gak saya lepas karena saya baru pakai beberapa jam. Selama 10 jam pertama, saya tidak membutuhkan tetes mata. Saya tidak merasa mata saya kering ataupun iritasi. Namun, setelah 10 jam saya merasa butuh meneteskan tetes mata karena keringnya mulai terasa, mungkin juga karena pengaruh berlama-lama dalam ruangan ber-AC.
Ukuran mata saya sebenarnya adalah -3,5 dan silinder 1,75, tetapi saya menggunakan Biotrue dengan ukuran -3,5 saja tanpa silinder. Buat saya, kurang begitu nyaman untuk dipakai sehari-hari karena tetap tidak jelas terutama untuk beca tulisan. Biotrue dijual dengan harga 235.000-275.000 untuk setiap box berisi 30 pcs. Saya kira cukup recommended digunakan untuk kondangan atau kegiatan outdoor jika mata kamu juga punya silinder yang cukup tinggi seperti saya. Buat kamu yang males ribet dan hanya membutuhkan softlens untuk mata minus, Biotrue bisa menjadi salah satu pilihan yang tepat.
See you!
Tasya
Friday 8 April 2016
Serba-serbi Lensa Kontak
Hi world!
Kali ini saya mau ngomongin tentang contact lens karena saya cukup susah untuk mendapatkan info atau review dari orang-orang terkait produk contact lens. Saya adalah pengguna contact lens yang sudah cukup lama. Pertama kali saya menggunakan kontak lens itu di tahun 2007, berarti udah sekitar 9 tahun yaa. Saya menggunakan contact lens secara rutin setiap hari, bukan hanya sesekali untuk kondangan lho.. Tetapi setiap hari. Oke, saya kayaknya harus cerita dulu ya awal mula saya akrab sama kacamata dan lensa kontak.
Saya pertama kali menggunakan kacamata itu di tahun 2004, saat masih duduk di bangku SMP kelas 2. Awalnya saya gak pernah merasa butuh kacamata, karena sejak SD hingga SMP saya selalu duduk di bangku depan. Maklumlah postur badan saya kan mini ya hehehe. Nah saat itu, wali kelas yang baru menerapkan peraturan rolling. Jadi setiap hari kita harus duduk bergantian, sehingga ada masanya saya mendapat giliran duduk di bangku belakang. Pada saat saya duduk di bangku belakang lah saya merasa tidak bisa membaca tulisan di papan tulis. Akhirnya saya memeriksakan mata saya ke dokter, dan ternyata minus saya sudah cukup besar yaitu -2,25 untuk mata kiri dan kanan. Menurut dokter, ini adalah minus yang cukup tinggi bagi orang yang pertama kali pakai kacamata dan dengan pertimbangan saya tidak memiliki keturunan dari orang tua yang bermata minus. Fyi, mama saya umur 51 saat ini, dan beliau hanya menggunakan kaca mata plus saat membaca. Papa saya berumur 55 dan hingga saat ini tidak menggunakan kacamata baik kacamata plus maupun minus. Adik saya berumur 22 tahun dan saat ini berkacata dengan minus -3. Jadi, saya dan adik saya mengalami mata minus karena pola hidup kami, seperti terlalu sering main games, membaca sambil tidur, dan lain-lain. (Sedih!)
Saat memasuki SMA, saya mulai kenal dengan contact lens. Contact lens sendiri terdiri dari 2 jenis, yaitu Hard Lens dan Soft Lens. Soft lens itu banyak dijual di optik, sedangkan hard lens harus memesan ke rumah sakit. Perbedaan diantara keduanya antara lain di bentuknya. Soft lens cenderung memiliki diameter lebih besar dibanding hard lens. Seperti namanya, jika dipegang, soft lens itu kenyal sedangkan hard lens seperti kaca yang kaku. Perbedaan lainnya akan saya elaborasi nanti ya.
Nah sekarang saatnya saya review beberapa produk soft lens yang pernah saya gunakan. Kebetulan selama ini saya pengguna soft lens, tapi sebentar lagi saya akan menggunakan hard lens (masih nunggu jadi). Jadi di post ini, saya akan mereview beberapa merk soft lens dulu ya.
1. Omega SoftLens
Ini merupakan soft lens pertama yang aku pakai. Harganya cukup murah, dulu sih sekitar 150ribu berisi 1 pasang softlens dengan ukuran minus yang bisa beda. Packangingnya adalah jar kaca sangat mini dengan jangka waktu pemakaiannya satu tahun. Saat dipakai pertama kali, teksturnya sangat lembut dan cukup ramah untuk mata. Diameternya juga lebar, jadi bola mata bisa bergerak bebas. Sayangnya, karena hanya ada satu pasang untuk setahun, jadi saat pemakaian bulan keempat, saya merasa tingkat kelembabannya semakin berkurang. Walaupun saya udah berusaha mencuci soft lens dengan sangat bersih dan teliti, tetap saja tingkat kelembabannya jadi sangat berkurang. Mata saya jadinya lebih sering iritasi. Biasanya saya cuma sanggup memakai sampai bulan ke delapan, lalu akhirnya beli lagi yang baru. Saya menggunakan omega ini cukup lama hampir tiga tahunan dengan pertimbangan harganya yang murah dan cukup mudah didapatkan di optik-optik.
2. Acuvue
Acuvue merupakan salah satu merk softlens yang terkenal. Saya memilih warna bening karena saya menggunakan setiap hari dengan ingin terlihat sangat natural. Harganya 1 boks sekitar 350ribu. Satu boks berisi 3 pasang, setiap pasangnya bisa dipakai untuk setiap bulan. Karena pada akhirnya saya beda minus, yaitu -2,25 dan -3,00 akhirnya saya selalu beli 2 boks untuk enam bulan pemakaian. Tentunya harganya cukup jauh ya dibanding Omega, tetapi Acuvue ini jauh lebih moist dan lebih aman. Karena 1 pasang hanya dipakai untuk 1 bulan. Packagingnya juga simpel, yaitu ditaru di wadah plastik kecil. Silahkan googling deh ya, karena saya gak sempat foto hehe. Saya memakai Acuvue juga lama, sekitar 3 tahunan sampai akhirnya silinder saya sudah sangat menganggu dan harus saya masukan dalam softlens juga karena penglihatan saya belum maksimal.
3. Cooperflex Toric
Cooperflex toric adalah softlens yang dapat menggabungkan minus dan silinder. Packagingnya hampir sama dengan Acuvue. Setiap boks berisi 3 pasang untuk satu ukuran, dengan jangka waktu pemakaian 1 bulan untuk 1 pasang. Karena minus dan silinder saya beda ukuran untuk kedua mata, jadi saya harus beli sekaligus 2 boks. Harga setiap boksnya sekitar 600ribu. Jadi saya harus mengeluarkan dana sekitar 1,2juta setiap enam bulan. (Elus-elus dada..) Sebenarnya Acuvue juga punya edisi toric juga, tetapi hanya untuk harian. Jadi biayanya akan jauh lebih besar.
Satu-satunya kelemahan cooperflex toric ini adalah pemesanannya yang cukup lama, bisa dua bulan. Jadi biasanya kalau stok saya sudah mau habis, saya akan buru-buru pesan dulu. Terakhir saya ingin beli Cooperflex dapat kabar bahwa ternyata produk ini sudah discontinued. Alhasil saya bingung harus nyari softlens silinder yang nyaman di mata dan di kantong. Kejadian ini akhirnya mengenalkan saya dengan hard lens!.
4. Fresh Look
Ini adalah soft lens yang saya beli kalau lagi buru-buru dan gak ada pilihan. Biasanya karena saya harus presentasi atau mau kondangan, tapi saya masih menunggu soft lens pesanan yang belum kunjung datang. Fresh look yang saya pakai biasanya warna coklat gelap karena mirip dengan warna bola mata saya jadi terkesan tetap natural. Harganya juga murah sekitar 80ribu satu boks isi sepasang yang dapat digunakan untuk satu bulan. Kelemahannya adalah tingkat kelembaban yang sangat rendah, jadi kalau make ini, mata cepat lelah dan terasa kering. Tapi softlens ini oke banget untuk pemakaian yang tidak terlalu lama atau dalam waktu kepepet karena mudah didapatkan di berbagai optik.
5. RGD M Tinu (Hard lens untuk mata minus dan silinder)
Sebenarnya saya lupa merknya apa. Hard lens ini bisa dipesan di berbagai rumah sakit spesialis mata seperti Jakarta Eye Center. Masing-masing rumah sakit memiliki brand tersendiri. Karena saya pesan di JEC, jadi saya menggunakan merk mereka. RGD sendiri kalau saya googling adalah Rigid Gas Permeable. Jadi salah satu keunggulan dari hard lens dibandingkan dengan soft lens adalah tetap membuka celah bagi oksigen yang masuk ke mata. Soft lens yang kita gunakan biasanya akan menghalangi oksigen yang masuk, sehingga kadang kita merasa mata cepat ngantuk, perih atau kering. Penggunaan yang cukup lama pada softlens akan membahayakan mata karena mata akan kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kebutaan. Ngeri kan? Setidaknya ini yang dijelaskan oleh Dokter Spesialis Lensa Kontak di JEC yang saya datangi. Dokter pun menyarankan saya untuk menggunakan hard lens dibandingkan soft lens. Kelemahan dari hard lens adalah harganya!! hahaha. Untuk satu mata, harga hard lens adalah sekitar 2 juta yang dapat digunakan hingga 3 tahun pemakaian. Jadi harga sepasang berkisar hingga 4 jutaan. Untuk pemakaian pertama, terasa agak mengganjal, namun pemakaian selanjutnya terasa lebih nyaman. Pemesanan hard lens bisa 6-8 minggu, karena akan dibuat berdasarkan ukuran kornea mata kita. Saya akan jelaskan di post saya selanjutnya deh tentang kunjungan saya ke JEC ya. Saya akhirnya setuju untuk menggunakan hard lens karena sepertinya ini satu-satunya jalan keluar yang dapat memfasilitasi mata minus dan silinder saya. Saat ini ukuran mata saya adalah -3,5 dengan silinder 1,75. Selain itu, saya juga merasa butuh untuk menjaga kesehatan mata saya dalam jangka panjang. Walaupun terlihat mahal di awal, sebenarnya sama saja kalau sama menggunakan cooperflex toric tadi.
Semoga informasi ini membantu teman-teman semua yang lagi hunting contact lens atau lagi dilemma mencari contact lens yang cocok. Sebenanrnya memang paling ideal adalah melakukan operasi lasik atau menggunakan kacamata. Namun, saya belum berani untuk lasik dan tidak terlalu nyaman dengan kacamata, jadi untuk saat ini, kayaknya contact lens masih menjadi pilihan yang paling baik. hehehe.
Any comments are welcome. Ciao!
Tasya
Kali ini saya mau ngomongin tentang contact lens karena saya cukup susah untuk mendapatkan info atau review dari orang-orang terkait produk contact lens. Saya adalah pengguna contact lens yang sudah cukup lama. Pertama kali saya menggunakan kontak lens itu di tahun 2007, berarti udah sekitar 9 tahun yaa. Saya menggunakan contact lens secara rutin setiap hari, bukan hanya sesekali untuk kondangan lho.. Tetapi setiap hari. Oke, saya kayaknya harus cerita dulu ya awal mula saya akrab sama kacamata dan lensa kontak.
Saya pertama kali menggunakan kacamata itu di tahun 2004, saat masih duduk di bangku SMP kelas 2. Awalnya saya gak pernah merasa butuh kacamata, karena sejak SD hingga SMP saya selalu duduk di bangku depan. Maklumlah postur badan saya kan mini ya hehehe. Nah saat itu, wali kelas yang baru menerapkan peraturan rolling. Jadi setiap hari kita harus duduk bergantian, sehingga ada masanya saya mendapat giliran duduk di bangku belakang. Pada saat saya duduk di bangku belakang lah saya merasa tidak bisa membaca tulisan di papan tulis. Akhirnya saya memeriksakan mata saya ke dokter, dan ternyata minus saya sudah cukup besar yaitu -2,25 untuk mata kiri dan kanan. Menurut dokter, ini adalah minus yang cukup tinggi bagi orang yang pertama kali pakai kacamata dan dengan pertimbangan saya tidak memiliki keturunan dari orang tua yang bermata minus. Fyi, mama saya umur 51 saat ini, dan beliau hanya menggunakan kaca mata plus saat membaca. Papa saya berumur 55 dan hingga saat ini tidak menggunakan kacamata baik kacamata plus maupun minus. Adik saya berumur 22 tahun dan saat ini berkacata dengan minus -3. Jadi, saya dan adik saya mengalami mata minus karena pola hidup kami, seperti terlalu sering main games, membaca sambil tidur, dan lain-lain. (Sedih!)
Saat memasuki SMA, saya mulai kenal dengan contact lens. Contact lens sendiri terdiri dari 2 jenis, yaitu Hard Lens dan Soft Lens. Soft lens itu banyak dijual di optik, sedangkan hard lens harus memesan ke rumah sakit. Perbedaan diantara keduanya antara lain di bentuknya. Soft lens cenderung memiliki diameter lebih besar dibanding hard lens. Seperti namanya, jika dipegang, soft lens itu kenyal sedangkan hard lens seperti kaca yang kaku. Perbedaan lainnya akan saya elaborasi nanti ya.
Nah sekarang saatnya saya review beberapa produk soft lens yang pernah saya gunakan. Kebetulan selama ini saya pengguna soft lens, tapi sebentar lagi saya akan menggunakan hard lens (masih nunggu jadi). Jadi di post ini, saya akan mereview beberapa merk soft lens dulu ya.
1. Omega SoftLens
Ini merupakan soft lens pertama yang aku pakai. Harganya cukup murah, dulu sih sekitar 150ribu berisi 1 pasang softlens dengan ukuran minus yang bisa beda. Packangingnya adalah jar kaca sangat mini dengan jangka waktu pemakaiannya satu tahun. Saat dipakai pertama kali, teksturnya sangat lembut dan cukup ramah untuk mata. Diameternya juga lebar, jadi bola mata bisa bergerak bebas. Sayangnya, karena hanya ada satu pasang untuk setahun, jadi saat pemakaian bulan keempat, saya merasa tingkat kelembabannya semakin berkurang. Walaupun saya udah berusaha mencuci soft lens dengan sangat bersih dan teliti, tetap saja tingkat kelembabannya jadi sangat berkurang. Mata saya jadinya lebih sering iritasi. Biasanya saya cuma sanggup memakai sampai bulan ke delapan, lalu akhirnya beli lagi yang baru. Saya menggunakan omega ini cukup lama hampir tiga tahunan dengan pertimbangan harganya yang murah dan cukup mudah didapatkan di optik-optik.
2. Acuvue
Acuvue merupakan salah satu merk softlens yang terkenal. Saya memilih warna bening karena saya menggunakan setiap hari dengan ingin terlihat sangat natural. Harganya 1 boks sekitar 350ribu. Satu boks berisi 3 pasang, setiap pasangnya bisa dipakai untuk setiap bulan. Karena pada akhirnya saya beda minus, yaitu -2,25 dan -3,00 akhirnya saya selalu beli 2 boks untuk enam bulan pemakaian. Tentunya harganya cukup jauh ya dibanding Omega, tetapi Acuvue ini jauh lebih moist dan lebih aman. Karena 1 pasang hanya dipakai untuk 1 bulan. Packagingnya juga simpel, yaitu ditaru di wadah plastik kecil. Silahkan googling deh ya, karena saya gak sempat foto hehe. Saya memakai Acuvue juga lama, sekitar 3 tahunan sampai akhirnya silinder saya sudah sangat menganggu dan harus saya masukan dalam softlens juga karena penglihatan saya belum maksimal.
3. Cooperflex Toric
Cooperflex toric adalah softlens yang dapat menggabungkan minus dan silinder. Packagingnya hampir sama dengan Acuvue. Setiap boks berisi 3 pasang untuk satu ukuran, dengan jangka waktu pemakaian 1 bulan untuk 1 pasang. Karena minus dan silinder saya beda ukuran untuk kedua mata, jadi saya harus beli sekaligus 2 boks. Harga setiap boksnya sekitar 600ribu. Jadi saya harus mengeluarkan dana sekitar 1,2juta setiap enam bulan. (Elus-elus dada..) Sebenarnya Acuvue juga punya edisi toric juga, tetapi hanya untuk harian. Jadi biayanya akan jauh lebih besar.
Satu-satunya kelemahan cooperflex toric ini adalah pemesanannya yang cukup lama, bisa dua bulan. Jadi biasanya kalau stok saya sudah mau habis, saya akan buru-buru pesan dulu. Terakhir saya ingin beli Cooperflex dapat kabar bahwa ternyata produk ini sudah discontinued. Alhasil saya bingung harus nyari softlens silinder yang nyaman di mata dan di kantong. Kejadian ini akhirnya mengenalkan saya dengan hard lens!.
4. Fresh Look
Ini adalah soft lens yang saya beli kalau lagi buru-buru dan gak ada pilihan. Biasanya karena saya harus presentasi atau mau kondangan, tapi saya masih menunggu soft lens pesanan yang belum kunjung datang. Fresh look yang saya pakai biasanya warna coklat gelap karena mirip dengan warna bola mata saya jadi terkesan tetap natural. Harganya juga murah sekitar 80ribu satu boks isi sepasang yang dapat digunakan untuk satu bulan. Kelemahannya adalah tingkat kelembaban yang sangat rendah, jadi kalau make ini, mata cepat lelah dan terasa kering. Tapi softlens ini oke banget untuk pemakaian yang tidak terlalu lama atau dalam waktu kepepet karena mudah didapatkan di berbagai optik.
5. RGD M Tinu (Hard lens untuk mata minus dan silinder)
Sebenarnya saya lupa merknya apa. Hard lens ini bisa dipesan di berbagai rumah sakit spesialis mata seperti Jakarta Eye Center. Masing-masing rumah sakit memiliki brand tersendiri. Karena saya pesan di JEC, jadi saya menggunakan merk mereka. RGD sendiri kalau saya googling adalah Rigid Gas Permeable. Jadi salah satu keunggulan dari hard lens dibandingkan dengan soft lens adalah tetap membuka celah bagi oksigen yang masuk ke mata. Soft lens yang kita gunakan biasanya akan menghalangi oksigen yang masuk, sehingga kadang kita merasa mata cepat ngantuk, perih atau kering. Penggunaan yang cukup lama pada softlens akan membahayakan mata karena mata akan kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kebutaan. Ngeri kan? Setidaknya ini yang dijelaskan oleh Dokter Spesialis Lensa Kontak di JEC yang saya datangi. Dokter pun menyarankan saya untuk menggunakan hard lens dibandingkan soft lens. Kelemahan dari hard lens adalah harganya!! hahaha. Untuk satu mata, harga hard lens adalah sekitar 2 juta yang dapat digunakan hingga 3 tahun pemakaian. Jadi harga sepasang berkisar hingga 4 jutaan. Untuk pemakaian pertama, terasa agak mengganjal, namun pemakaian selanjutnya terasa lebih nyaman. Pemesanan hard lens bisa 6-8 minggu, karena akan dibuat berdasarkan ukuran kornea mata kita. Saya akan jelaskan di post saya selanjutnya deh tentang kunjungan saya ke JEC ya. Saya akhirnya setuju untuk menggunakan hard lens karena sepertinya ini satu-satunya jalan keluar yang dapat memfasilitasi mata minus dan silinder saya. Saat ini ukuran mata saya adalah -3,5 dengan silinder 1,75. Selain itu, saya juga merasa butuh untuk menjaga kesehatan mata saya dalam jangka panjang. Walaupun terlihat mahal di awal, sebenarnya sama saja kalau sama menggunakan cooperflex toric tadi.
Semoga informasi ini membantu teman-teman semua yang lagi hunting contact lens atau lagi dilemma mencari contact lens yang cocok. Sebenanrnya memang paling ideal adalah melakukan operasi lasik atau menggunakan kacamata. Namun, saya belum berani untuk lasik dan tidak terlalu nyaman dengan kacamata, jadi untuk saat ini, kayaknya contact lens masih menjadi pilihan yang paling baik. hehehe.
Any comments are welcome. Ciao!
Tasya
After A Very Long Hiatus
Hal yang paling susah setelah lama gak nulis adalah menuliskan kalimat pertama. Seperti sekarang, saya aja kaget ternyata terakhir nulis ternyata November 2014, almost two years! No wonder sih, dari dulu saya punya kekurangan dengan namanya komitmen dan konsistensi. Termasuk menulis blog, kalau hobinya lagi datang, bisa konsisten nulis banyaaaaak banget sampe berbulan-bulan, tapi abis itu bosan atau biasanya menemukan hobi baru, jadi ninggalin nulis lagi. Seinget saya, masa-masa paling aktif nulis blog itu jaman kuliah S1, hmmm, beberapa tahun yang lalu (biar gak ketauan tuanya! hehe). Waktu itu hobi nulis karena juga lagi sering baca buku dan novel jadi inspirasi nulis jadi banyak. Abis itu ngantor dan ngurus segala macam hal akhirnya ninggalin nulis lagi. Padahal saya salah satu orang yang percaya bahwa menulis itu penting. Menulis itu adalah awal mula dari sebuah proyek atau karya. Saya termasuk orang yang punya banyak ide di kepala saya, tapi karena jarang ditulis, ide itu akhirnya menguap gitu aja. Gak pernah jadi karya. Sama kayak tesis kali ya, idenya di kepala banyak, tapi kalau gak ditulis tetep lama lulusnya hahaha.
Akhirnya setelah sekian lama, saya mulai membangun komitmen untuk kembali menulis lagi. Kalau jaman dulu masih sering bikin prosa dan puisi, kayaknya sekarang saya akan lebih menulis hal-hal yang non-fiksi deh. Bukan karena udah gak suka dengan prosa, tapi lebih karena saya merasa jadi gak bisa nulis prosa lagi huhuhu. Kalau nulis prosa kayaknya gak bisa mengalir, terkesan dipaksakan. Saya juga kehilangan banyak kosakata, mungkin juga karena akhir-akhir ini saya jarang baca tulisan-tulisan fiksi. Well, akhirnya saya memutuskan untuk menulis yang non-fiksi aja, terutama review. Lagi-lagi belajar dari pengalaman, saya selalu melihat review sebelum membeli sesuatu. So, I think it's my turn to give back! Mungkin nantinya ada orang-orang yang akan terbantu dengan tulisan saya.
Okay, segitu dulu. Glad to be back!
Sunday 9 November 2014
Kembali
Seakan yang kau tawarkan hanya lara
Ntah apa yang kau diskusikan dengan Tuhan
Melangkah darimu aku enggan
Sadar bahwa cinta datang membawa harapan
Memaksa kita untuk bijak
Memaknai bahagia, menyikapi duka
Adakah kiranya satu masa
agar cinta kembali ke peraduannya?
Kembali.
Jakarta, November 2014
Photo source: Pinterest
Subscribe to:
Posts (Atom)